Aswaja Magazine

0
Para Remaja Diserang Demam Valentine
Demam valentine telah menjangkiti para remaja saat ini, orang tua dan lingkungan serta lembaga pendidikan sangat berperan dalam mengarahkan dan menjelaskan makna perayaan valentine yang bukan merupakan budaya dan tradisi Islam. Para remaja harus diperkenalkan dengan budaya dan tradisi yang Islami. 

Berikut paparan yang disampaikan KPAI (Komisi Perlindungan Anak) mengenai hari valentine melalui Republika Online:

Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Maria Advianti mengatakan, Indonesia sudah diserang demam Hari Valentine.

Ini terlihat dari anak-anak TK yang disuruh membuat prakarya berbentuk hati menggunakan kertas warna pink maupun ungu saat Valentine.

"Valentine menjadi program pendidikan padahal ini tidak ada korelasinya dengan dunia pendidikan. Sekolah harus mencermati hal ini," kata Maria di kantor KPAI, Selasa, (10/2).

Hari Valentine, bukanlah hari yang istimewa. Jika anak sekolah tak punya pacar atau tak mendapat cokelat, tidak usah minder.

Guru harus memberikan pengertian kepada murid-muridnya kalau Hari Valentine bukan hari yang istimewa. Ini hanya satu hari di antara ratusan hari lainnya dalam setahun.

"Jangan sampai remaja menjadi galau hanya karena tak dapat cokelat atau tak punya pacar. Hari Valentine hanyalah hari biasa," kata Maria.

Orangtua juga harus menekankan pada anak-anaknya tidak ada urgensinya Hari Valentine. "Kalau remaja tak dapat cokelat atau tak punya pacar bukan berarti dia tidak gaul."

Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Maria Advianti juga mengatakan, saat ini bukan hanya remaja yang terkena demam Hari Valentine. Anak-anak kecil saja sudah minta dibelikan coklat berbentuk hati pada orangtuanya.

"Orangtua dan sekolah harus memberikan pengertian kepada anak-anak kalau Hari Valentine tidak ada urgensinya. Ini hanya hari biasa," kata Maria di kantor KPAI, Selasa, (10/2).

Dari pada merayakan Hari Valentine dengan memboroskan dana untuk membeli barang-barang yang tidak penting, anak-anak diminta melakukan kegiatan positif. "Jangan sampai mereka terperangkap dalam kegiatan Valentine yang tak bermakna."

Lagi pula, ujar dia, kasih sayang kepada keluarga harus ditunjukkan setiap hari, bukan hanya setahun sekali. Kasih sayang juga tidak berkonotasi dengan hubungan seksual.

"Mereka harus diberi pengertian kalau tidak ada pentingnya merayakan Hari Valentine. Lebih baik melakukan kegiatan positif, " kata dia.

Buku ‘Saatnya Aku Belajar Pacaran’ Menyesatkan Para Remaja

Direktur Eksekutif Yayasan Nawala Nusantara, M Yamin mengatakan, sejumlah anak-anak SMA sudah membeli buku karangan Toge Aprilianto berjudul 'Saatnya Aku Belajar Pacaran' sebagai kado Valentine.

"Di salah satu sekolah ada anak-anak yang disuruh untuk bertukar kado Valentine. Salah satu item kado Valentine itu buku karangan Toge," kata Yamin di kantor KPAI, Selasa, (10/2).

Anak-anak ini tidak berpikir jauh. Mereka hanya ingin merayakan Valentine tanpa mengetahui maksudnya. "Memang ada sekelompok remaja yang mewajibkan tukar-menukar kado Valentine. Itulah kelakuan beberapa remaja," ujar Yamin.

Ia sendiri mengaku mencari buku Toge di sejumlah toko buku tapi ternyata tidak menemukan satupun. "Saya tidak tahu mengapa buku itu hilang di pasaran, apakah karena laris dibeli remaja atau karena ditarik dari peredaran." ujarnya.

Benarkah 14 Februari Adalah Hari Kasih Sayang?

Pakar kristologi, Irena Handono, dalam akun Facebook pribadinya, mengungkap peristiwa dibalik tanggal 14 Februari yang selama ini dikenal dengan hari kasih sayang atau hari valentine. Menurut Irena, sejarah dibalik tanggal tersebut perlu diketahui kawula muda agar tidak memiliki paham yang salah mengenai valentine. (Baca juga: Hukum Perayaan Valentine's Day)

Ia mengatakan, perayaan valentine identik dengan tradisi penyembahan berhala. Sebelum masa kekristenan, masyarakat Yunani dan Romawi beragama pagan yakni menyembah banyak Tuhan atau Paganis-polytheisme.

Mereka memiliki perayaan atau pesta yang dilakukan pada pertengahan Februari yang sudah menjadi tradisi budaya mereka. “Gereja menyebut mereka kaum kafir,” tulis Irena.

Pada zaman Athena kuno terdapat perayaan Gamelion, atau masa pernikahan Zeus dan Hera. Sedangkan di zaman Romawi kuno, perayaan itu disebut hari raya Lupercalia, atau peringatan hari Dewa Lupercus, yaitu dewa kesuburan yang digambarkan setengah telanjang dengan pakaian dari kulit domba.

Perayaan tersebut berlangsung dari 13 hingga 18 Februari, yang berpuncak pada tanggal 15 Februari. Dua hari pertama (13-14 Februari) dipersembahkan untuk Dewi Cinta, Juno Februata.

Pada masa ini ada kebiasaan Love Lottery, yaitu ketika para wanita muda memasukkan nama mereka dalam sebuah bejana kemudian para pria mengambil satu nama dalam bejana tersebut yang kemudian menjadi kekasihnya selama festival berlangsung.

“Seiring dengan invasi tentara Roma, tradisi ini menyebar dengan cepat ke hampir seluruh Eropa,” jelasnya.

Hal ini menjadi penyebab sulitnya penyebaran agama Kristen yang saat itu tergolong sebagai agama baru di Eropa. Sehingga untuk menarik jemaat masuk ke Gereja maka diadopsilah perayaan kafir pagan ini dengan memberi kemasan kekristenan.

Maka Paus Gelasius I pada tahun 469 M mengubah upacara Roma Kuno Lupercalia ini menjadi Saint Valentine's Day. Ini adalah upaya Gelasius menyebarkan agama kristen melalui budaya setempat. Menggantikan posisi dewa-dewa pagan dan mengambil St Valentine sebagai sosok suci lambang cinta.

Ini adalah bentuk sinkretisme agama, mencampuradukkan budaya pagan dalam tradisi Kristen. Dan akhirnya diresmikanlah Hari Valentine oleh Paus Gelasius pada 14 Februari di tahun 498.

Irene juga menyayangkan remaja Indonesia tidak mengindahkan saran-saran untuk tidak ikut merayakan valentine. Menurutnya, sebelum melakukan pengadopsian budaya barat, sebaiknya terlebih dahulu mencari tahu asal usulnya sehingga menjadi tidak salah kaprah.


Referensi:


https://www.google.com/contributor/welcome/?utm_source=publisher&utm_medium=banner&utm_campaign=ca-pub-2925047938169927
Visit Dukung Aswaja Magazine dengan menjadi Kontributor

Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Mubina Tour Indonesia | Follow FB Fanspages Mubina Tour Indonesia - Sub.

Post a Comment Blogger

 
Top