Aswaja Magazine

0
31 Januari 2015
Masjid Agung Demak

Pada 16 Rajab Nahdlatul Ulama telah genap memasuki usianya yang ke-89 tahun. Usia yang cukup matang untuk perjalanan sebuah organisasi. Di terangkan dalam Anggaran Dasar NU Bab I pasal 2, bahwa Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya pada tanggal 16 Rajab 1344 hijriyah. Artinya, Harlah NU saat ini adalah yang ke-89.

Warga NU selayaknya lebih banyak mengucap syukur lagi karena organisasi yang mereka banggakan itu kini makin besar, makin banyak jumlah anggotanya dan makin diperhitungkan keberadaannya. Para pejabat yang cukup lama tiarap pun kini sudah tidak takut-takut lagi mengaku sebagai orang NU. Kalau mau teliti, kata seorang kiai, sebenarnya NU tidak hanya organisasi Islam terbesar di Indonesia, tapi sekaligus terbesar di dunia.

Kebesaran NU tidaklah datang begitu saja. Namun kebesaran itu dilalui dengan penuh riadlah batiniyah, perjuangan fisik dan pengorbanan para kiai di dalamnya. Setiap zaman selalu membutuhkan pengorbanan. Di masa rintisan, para kiai harus hilir-mudik berkeliling tanah Jawa untuk mempersatukan langkah. Mereka harus rela masuk ke pelosok-pelosok pedesaan untuk menjelaskan pentingnya pembentukan wadah perjuangan bersama.

Di masa perang kemerdekaan pondok-pondok pesantren yang menjadi tempat tinggal para kiai harus disulap menjadi markas perjuangan. Hal itu bukan tanpa risiko, karena mata-mata penjajah selalu ada di mana-mana. Tidak sedikit santri gugur di medan perang, tidak sedikit pula kiai yang harus menjalani siksaan di penjara penjajah demi mempertahankan kehormatan mereka.

Memasuki bulan Harlah biasanya tidak lepas dari acara syukuran, tirakatan dan muhasabah (introspeksi). Ibarat sedang menempuh perjalanan panjang, perlu dilakukan evaluasi: apakah jalan yang diambil sudah benar, sudah sampai di mana, strategi apa lagi yang akan dipergunakan, kira-kira kapan sampai di tujuan? Itulah sebagian dari bahan dasar muhasabah yang perlu dilakukan di hari Harlah.

Berikut kutipan Mauidoh Hasanah Syaikh Mustafa di Acara Mawlidurrosul dalam rangka Harlah NU ke 89
 
Masjid Agung Demak Merayakan Harlah NU Ke-89
Kalau membicarakan NU, tidak lepas dari Gus Dur, KH. Wahid Hasyim dan Hadrotussyaikh Kyai Hasyim Asy'ari. Beliau beliau ini adalah orang-orang mulia yang sukanya memuliakan orang lain. Suatu ketika Kyai Hasyim Asy'ari sedang melakukan perjalanan dari Jawa bagian barat ke arah Jawa Timur, beliau singgah di Tegal dan mengunjungi koleganya yaitu Kyai Ubaidillah Pegiren (Kyai Ubed)

Sebagaimana dua alim bertemu, beliau berdua sholat bersama, dzikir bersama, makan dan berdiskusi. Hingga tiba saatnya, Kyai Hasyim berpamitan untuk melanjutkan perjalanannya.`"Saya ucapkan banyak terimakasih yai, saya disini sudah cukup istirahat" kata Kyai Hasyim. "Saya juga berterimakasih, yai berkenan singgah di gubug saya" jawab Kyai Ubed. "o.. iya kyai, maaf ada yang hendak saya tanyakan.

Bagaimana hukum warisnya jika si fulan meninggal sedang dia punya anak a, b, c, d, e lalu si anak yang b ini meninggal sedang waris belum dibagi. Menurut Imam Nawawi begini, sedang Ibnu Hajar al Asqolani begitu. Mana yang lebih tepat untuk di terapkan? tanya Kyai Hasyim. "Nyuwun maaf yai, apakah pertanyaan tadi sudah diniatkan untuk ditanyakan kepada saya sejak dari Jombang?" jawab Kyai Ubed. "Maaf, belum yai" ujar Kyai Hasyim. "Monggo saya persilakan yai meneruskan perjalanan dan meniatkan pertanyaan tadi sejak dari Jombang. Insyaa Allah jawabannya maslahat yai" jawab Kyai Ubed lagi. "nggih, Insyaa Allah yai" ujar Kyai Hasyim.

Demikian luar biasa adab Kyai Hasyim Asy'ari ini. Beliau seorang yang sudah dikenal luas memiliki derajat tinggi tetapi tidak meletakkan dirinya lebih tinggi dari orang lain-kyai lain. Tidak membantah, tidak berargumen dengan Kyai Ubed, inilah sikap tawadlu yang mesti kita contoh.


Sumber:
FB Naqshbandiyya Nazhimiyya Zawiyah Yogyakarta

https://www.google.com/contributor/welcome/?utm_source=publisher&utm_medium=banner&utm_campaign=ca-pub-2925047938169927
Visit Dukung Aswaja Magazine dengan menjadi Kontributor

Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Mubina Tour Indonesia | Follow FB Fanspages Mubina Tour Indonesia - Sub.

Post a Comment Blogger

 
Top