Islam Moderat Solusi Peradaban Dunia

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrUYLqKnH5bC-vB0UlzLJnxuymgr1Ujh1zwhzImm-5UNaTdqd9ySeOUjjPpabQkZ7RGpy-fMaGKm-tImmG8dTUHxFarcctAVdtw2hRsmPrCDUCosA48OPaEs30r0BCyIzHo7VYqYuC_go/s1600/Islam+Moderat+Solusi+Peradaban+Dunia.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrUYLqKnH5bC-vB0UlzLJnxuymgr1Ujh1zwhzImm-5UNaTdqd9ySeOUjjPpabQkZ7RGpy-fMaGKm-tImmG8dTUHxFarcctAVdtw2hRsmPrCDUCosA48OPaEs30r0BCyIzHo7VYqYuC_go/s320/Islam+Moderat+Solusi+Peradaban+Dunia.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Rais Amm PBNU, KH. Ma'ruf Amin menyerukan dakwah islam moderat kepada ulama dunia, dalam pembukaan <b> INTERNATIONAL SUMMIT of THE MODERATE ISLAMIC LEADERS (ISOMIL)</b> di Jakarta Convention Center, Senin (9/5/2016).</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Pada sambutannya Rais Amm Nahdlatul ulama, KH. Ma'ruf Amin menjelaskan bahayanya kelompok ekstrimis. “Kelompok garis keras yang kaku dan sangat tekstualis, yang abai pada <i>Maqashid AsSyariah,</i> membawa umat pada kesulitan dan menampilkan islam dengan wajah yang garang,” tandas ketua Umum MUI ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Berbeda kutub dengan kelompok ekstrim tersebut, menurut Kiai Ma’ruf, ada kelompok yang menggampangkan semua aturan agama, seakan tidak ada ketetapan dalam islam dan bahwa semua ajaran agama dapat di tinjau ulang. “Mereka ini yang terlalu silau dengan barat hingga melupakan al-quran dan as Sunah yang merupakan pegangan utama bagai umat islam,” papar Kiai Ma’ruf.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Kiai Ma’ruf menyesalkan eksistensi kedua kelompok ekstrimis tersebut, kini lebih menonjol, berkat dukungan media sosial yang mempersempit jarak dan memudahkan publikasi. Karena itu, Kiai Ma’ruf mengajak para peserta ISOMIL untuk menyerukan dakwah islam moderat yang berdiri diantara dua kelompok ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Acara <b>INTERNATIONAL SUMMIT of THE MODERATE ISLAMIC LEADERS (ISOMIL)</b> yang bertema, berlangsung selama 9-10 Mei ini diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi dunia sebagaimana tema yang diangkat, <b>ISLAM NUSANTARA : INSPIRASI DAN SOLUSI UNTUK PERADABAN DUNIA</b>.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>KESATUAN AGAMA & NASIONALISME</b></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Sementara KH. Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU, menyatakan bahwa agama dan nasionalisme merupakan dua faktor kunci yang menjaga eksistensi bangsa Indonesia serta memelihara kesinambungan peradaban bangsa. </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">“Kesatuan antara agama dan nasionalisme di Indonesia telah menjadi perhatian bangsa asing yang ingin memecah bangsa Indonesia sejak dahulu. Kita masih ingat, kaum penjajah melakukan berbagai upaya untuk memisahkan antara Islam dan nasionalisme”. Ujarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">“Dan hal ini ingin dilakukan lagi oleh pihak-pihak yang tidak mau melihat bangsa kita kuat dan maju.” Imbuhnya kemudian.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Kiai Said Aqil juga mengajak peserta ISOMIL untuk meneladani pemikiran Hadratussyaikh Hasyim Asyari dalam memahami kaitan antara agama dan nasionalisme. </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) tersebut menganggap kesatuan antara agama dan nasionalisme merupakan satu fondasi kokoh untuk menghadapi berbagai macam tantangan bangsa seperti kebodohan, keterbelakangan dan ancaman perpecahan bangsa.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Kiai Said Aqil menyitir salah satu pernyataan Hadratussayikh Hasyim Asyari yang berbunyi, “Bahwa menegakkan agama dan nasionalisme merupakan salah satu kewajiban bagi mereka yang merasa mempunyai iman, beliau membuat satu ungkapan hubbul wathan minal iiman yang berarti cinta tanah air merupakan bagian dari iman”. </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">“Apabila pemahaman bahwa agama dan nasionalisme merupakan satu hal yang tidak bisa dipisahkan sudah mengakar dalam suatu bangsa maka tidak akan ada perang maupun kekerasan atas nama apapun,” Pungkasnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div>

Islam Moderat Solusi Peradaban Dunia

Rais Amm PBNU, KH. Ma'ruf Amin menyerukan dakwah islam moderat kepada ulama dunia, dalam pembukaan INTERNATIONAL SUMMIT of THE MODERAT...

Read more »

Bolehkah Penggunaan Rebana Sebagai Media Dakwah?

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJDAq4p_NEUjJgevS1qQZTWhnSasqO_zpRFu2gw66Vd3BIO7SJ5hDX5yJshZr06ayREUDLd2Yzt3CrN6ofD2T3S-JX83IqWIWvpBbzH19ze8ZkZfcf8mBUiyfGl2QKOS_DSxR43-qNnl0/s1600/rebana.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJDAq4p_NEUjJgevS1qQZTWhnSasqO_zpRFu2gw66Vd3BIO7SJ5hDX5yJshZr06ayREUDLd2Yzt3CrN6ofD2T3S-JX83IqWIWvpBbzH19ze8ZkZfcf8mBUiyfGl2QKOS_DSxR43-qNnl0/s320/rebana.gif" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><b>Study dan Analisa akar sejarah dan Hukum Penggunanaan Rebana di dalam Islam.</b></div><br /> <div style="text-align: justify;">Oleh: Moh. Nasirul Haq</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Akhir-akhir ini semakin ramai dan digandrungi masyarakat yang tersebar di berbagai daerah tentang adanya Majelis Maulid dan Shalawat, dimulai dari Habib Syekh As-Segaf yang terkenal dengan Syekhermania, Majelis Rasulullah, Ahbabul Musthofa, Riyadlul Jannah, Ar-Ridhwan, Syubbanul Muslimin dan banyak lagi yang lainnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Dalam metode dakwahnya sangat simpel sekali dengan mengajak masyarakat melantunkan lantunan Shalawat diiringi rebana dengan variasi tabuhan yang menarik. Di sini saya akan menjelaskan mengenai hukum menabuh rebana. Telah banyak Dalil yang menjelaskan kebolehan menabuh Rebana atau Hadroh pada acara pernikahan, khitan, penyambutan, Majelis dll. Karena sebenarnya Rebana itu sendiri sudah ada semenjak zaman Nabi Muhammad s.a.w.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Dikisahkan pernah suatu ketika Rasulullah didatangi seorang wanita bernama Shobihah 'Arsy dan ia menabuh Rebana di samping Rasulullah s.a.w. lantas Rasulullah s.a.w membiarkannya. Kisah lainnya tentang penyambutan kepada Rasulullah oleh para wanita Bani Najjar saat datang ke Madinah dan mereka menabuh rebana sembari menyanyikan dengan suara keras syair:</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">نحن جوار من بني نجار * يا حبذا محمد من جار</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><i>"Kami adalah wanita dari Bani Najjar, Oh beruntungnya Muhammad sebagai tetangga".</i></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Nabi s.a.w lantas menjawab: "Allah Maha mengetahui bahwa aku mencintai kalian".</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Hal ini tidak lain merupakan bentuk Ekspresi kebahagiaan dengan bisa melihat Rasulullah s.a.w.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Sayyidi Syeikh Muhammad Ba'atiyah di dalam kitab Goitsu As-Sahabah hal. 68 mengatakan:</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><i>"Dari Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Ibnu Majah dari Qais Bin Sa'ad Bin Ubadah bahwa Nabi s.a.w menabuh rebana dan bernyanyi pada Idul Fitri ini diterangkan dalam Kitab Bahjatul Mahafil, hal ini tak lain karena menunjukkan rasa kegembiraan".</i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /> </i></div><div style="text-align: justify;">Sementara pada hal. 69 disebutkan: "Bahwa para Sahabat dari kaum wanita bernadzar jika Nabi kembali dalam kondisi selamat akan menabuh rebana di hadapan Rasulullah sebagai bentuk kegembiraan. Kemudian Rasulullah pun menyuruh agar mereka melaksanakan nadzarnya". Andai saja rebana itu Makruh (apalagi Haram) maka Nabi tidak akan menyuruhnya walaupun ia bernadzar. (Al-Mufasshal hal. 71, juz 4)</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Dalam Hadits lain dijelaskan:</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">اعلنوا النكاح واضربوا بالدف</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><i>"Syiarkanlah pernikahan dan tabuhlah dengan rebana".</i></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Tentu Ulama telah sepakat akan kebolehan menabuh rebana, sebagaimana DR. Wahbah Az-Zuhaili menyebutkan dalam Fiqh Al-Islami juz 3 hal. 574:</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><i>"Diperbolehkan menyenandungkan lagu yang mubah dan memukul rebana pada pernikahan berdasarkan Hadits Nabi "Syiarkan pernikahan dan mainkanlah rebana".</i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /> </i></div><div style="text-align: justify;">Rebana yang ada di Indonesia sudah sangat sesuai dengan ketentuan Syariat apa lagi jika rebana tersebut digunakan sebagai Media Dakwah dan Pemersatu Ummat melalui Shalawat.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Lantas Apakah kebolehan ini hanya khusus dalam acara pernikahan dan penyambutan saja??</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Suatu ketika Abu Yusuf pernah ditanya tentang rebana apakah dimakruhkan pada selain pernikahan beliau menjawab: "Tidak dimakruhkan". (Fatawa Al-Hindiyah hal. 352).</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Selanjutnya dalam kitab Zawajir karya Imam Al-Ghazali juz 2 hal. 291:</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><i>"Bahwa rebana diperbolehkan pada pernikahan, menyambut Ied (hari raya), menyambut kedatangan, dan setiap kejadian/keadaan yang menggembirakan".</i></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Ibnu Hajar berpendapat dalam Kitabnya Kaffu Ar-Ru'af hal. 290-291:</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><i>"Pendapat yang dijadikan pegangan pada Madzhab kita menyatakan halal (penggunaan rebbana) dalam pernikahan dan khitan, akan tetapi afdhol (lebih utama) meninggalkannya pada selain keduanya, sedangkan menurut pendapat yang Ashoh (lebih shahih) dalam Minhaj dihukumi mubah dan jelas-jelas kesunahannya pada setiap perayaan".</i></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Sementara jika ada yang mempertanyakan dengan mengatakan bahwa rebana hanya dilakukan oleh wanita maka Imam As-Subki menjawab bahwa pendapat yang menyatakan rebana hanya khusus bagi wanita adalah pendapat yang lemah.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Hal ini (kebolehan bermain rebana bagi laki-laki) juga dikuatkan pernyataan dari Kitab Idloh Adh-Dhalalah hal. 44-45:</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><i>"Menabuh rebana hukumnya itu mubah (boleh) secara mutlak (tanpa syarat dan ketentuan) walaupun dengan alat Jalajil (rebana khas Arab) dan itu sudah jelas kehalalannya dari keharamannya dan tidak ada bedanya antara yang menabuh itu laki-laki maupun perempuan".</i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /> </i></div><div style="text-align: justify;">Pendapat ini sangat bagus sekali menjawab bagi yang mengatakan kebolehan bermain rebana hanya untuk wanita semata, sebab kita lihat dari segi bentuk jamak kata "اضربوا" kalau memang khusus wanita</div><div style="text-align: justify;">semestinya memakai "اضربن". Ini sesuai dengan apa yang dikatakan Imam Al-Ghazali pada kitab Ihya Ulumuddin.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Berlanjut pada komentar Ulama dalam kitab Idloh Adh-Dhalalah hal. 55 mengatakan hal yang sama bahwa rebana ini hukumnya mubah. Bahkan suatu ketika Syeikh Karim Rojih bertanya pada Syeikh Mulla Romadlon Al-Buthi perihal mengapa kita tidak mengharamkan rebana? lantas beliau menjawab:</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><i>"Bagaimana bisa kita mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah s.w.t."</i></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Habib Ali Al-Habsyi berkata:</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">ماشي كما مجمع المولد يجل الكروب * ذا وقت توبتك يا عاص إذا باتتوب</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><i>"Tiada perkumpulan seperti Majelis Maulid yang bisa menghilangkan kesusahan, maka ini saatnya jika kalian ingin bertaubat duhai para pendosa".</i></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Sedangkan apa yang kita lihat dari fenomena yang ada di Indonesia, dimana rebana menjadi sarana Dakwah yang sedang menjadi Trending Topic.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Jadi pada kesimpulannya cara dakwah ini seperti cara dakwah Wali Songo di saat Gamelan menjadi alat musik yang digandrungi oleh masyarakat pada masa itu, maka beliau memanfaatkannya sebagai sarana dakwah.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">*Moh. Nasirul Haq adalah Mahasiswa Fakultas Syariah di Imam Shafie College, Hadhramaut - Yaman.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div>

Bolehkah Penggunaan Rebana Sebagai Media Dakwah?

Study dan Analisa akar sejarah dan Hukum Penggunanaan Rebana di dalam Islam. Oleh: Moh. Nasirul Haq Akhir-akhir ini semakin ramai dan diga...

Read more »

Faham Ash'ary Dan Maturidi Sebagai Faham Yang Dianut Oleh Para Pakar Islam

<div style="text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXnVV2xIEq9rML1bK9_5D5MjeV3xxTVHJpKSUbH1qOqaytZ3HfddDwC_5G5mjCRL0wvUvdD-qyyEPFH1zCIBKxaopsoAIJcRC50ILGkB0cMzT5YGCZBZ8PJ3z49iRIGIApQUk-pll0DJQ/s1600/Al+Imam+Abu+Mansur+Al+Maturidi.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXnVV2xIEq9rML1bK9_5D5MjeV3xxTVHJpKSUbH1qOqaytZ3HfddDwC_5G5mjCRL0wvUvdD-qyyEPFH1zCIBKxaopsoAIJcRC50ILGkB0cMzT5YGCZBZ8PJ3z49iRIGIApQUk-pll0DJQ/s1600/Al+Imam+Abu+Mansur+Al+Maturidi.png" /></a></div><div style="text-align: justify;">Faham Ash'ary dan Maturidi merupakan faham yang dianut oleh mayoritas ummat Islam di dunia. Faham Ashary dan Maturidi sudah teruji kebenarannya dalam membentengi akidah kita seperti yang diajarkam Rasulullah S.A.W </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Banyak sekali ulama yang menjadi penganut faham Ashari dan Maturidi. Bahkan Al Imam Abdulloh Al Haddad Tarim berkata dalam Nailul Marom Hal.8;</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><i>"Ketahuilah bahwa faham Ash'ary Dalam kepercayaannya adalah faham yang dianut ummat Islam serta para ulama adalah orang yang bernisbat kepada mereka yang mengikuti Toriqohnya orang-orang yang menjadi pakar ilmu sepanjang masa, yang mana mereka menjadi imam dalam ilmu tauhid, ilmu teologi, tafsir, Qiro'ah, Fiqh, Ushul Hadits, tashowwuf, Bahasa dan sejarah".</i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /> </i></div><div style="text-align: justify;">Tentu saja hal ini menunjukkan bahwa faham ini merupakan faham Ahlussunnah Wal Jama'ah.dan dengan banyaknya tokoh besar Islam yang menganut faham ini menunjukkan bahwa ummat Islam tak akan berkumpul dalam kesesatan.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Berikut ini diantara nama-nama tokoh besar Islam yang menganut faham Ahlussunnah Wal Jama'ah mengikuti manhaj Al Imam Abul Hasan Al Ash'ary dan Al Imam Abu Mansur Al Maturidi.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Tokoh Bidang Tafsir beserta karangan kitabnya:</b></div><ol style="text-align: justify;"><li style="text-align: justify;">Al Allamah Al Mufassir Al Imam Qurtubi (pengarang kitab Al Jami Liahkamil Qur'an)</li> <li style="text-align: justify;">Al Allamah Al Mufassir Al Imam Abul Fida' Ibnu Katsir (Tafsir Adzim, Bidayah Wa Nihayah, tafsir Ibnu Katsir)</li> <li style="text-align: justify;">Al Allamah Al Mufassir Al Imam Ibin Athiyah Al Andalusi (Muharror Al Wajiz)</li> <li style="text-align: justify;">Al Allamah Al Mufassir Al Imam Fakhrur Rozi (Mafatihul Ghoib)</li> <li style="text-align: justify;">Al Allamah Al Mufassir Al Imam Jalaluddin Suyuthi (Dzurrul Mantsur)</li> <li style="text-align: justify;">Al Allamah Al Mufassir Al Imam Khotib Syarbini (Sirojul Munir)</li> <li style="text-align: justify;">Al Allamah Al Mufassir Al Imam Abu Hayyan (Bahrul Muhit, Hujjah Tsabit)</li> </ol><div style="text-align: justify;">Masih banyak lagi ulama Tafsir lain baik salaf maupun kontemporer yang belum kami sebutkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Tokoh Bidang Hadits beserta karangannya</div><ol style="text-align: justify;"><li style="text-align: justify;">Al Allamah Al Hafidz Al Muhaddits Al Imam Daruqutni </li> <li style="text-align: justify;">Al Allamah Al Hafidz Al Muhaddits Al Imam Abu Naim Al Asbahani (Hilyatul Awliya)</li> <li style="text-align: justify;">Al Allamah Al Hafidz Al Muhaddits Al Imam Al Hakim An Naisaburi (Mustadzrok)</li> <li style="text-align: justify;">Al Allamah Al Hafidz Al Muhaddits Al Imam Sa'ad Abu Sam'ani (Al Ansab)</li> <li style="text-align: justify;">Al Allamah Al Hafidz Al Muhaddits Al Imam Abu Bakar Al Baihaki (Aat Tashonif)</li> <li style="text-align: justify;">Al Allamah Al Hafidz Al Muhaddits Al Imam Ibnu Asakir (Tarikh Madinatu Dimsyiq)</li> <li style="text-align: justify;">Al Allamah Al Hafidz Al Muhaddits Al Imam Muhyiddin Syarof An Nawawi (Adzkar, Bulughul Marom, Riyadlus Sholihin)</li> <li style="text-align: justify;">Al Allamah Al Hafidz Al Muhaddits Al Imam Ibnu Hajar Al Atsqolani (Fathul Bari, Ibanatul Ahkam) </li> </ol>Dan banyak lagi ulama hadits lainnya. bahkan Imam Subki berkata dalam Tobaqot Qubro hal.32 juz.4;<br /> <br /> <i>"Faham Asya'iroh merupakan faham para pakar hadits sejak dahulu hingga sekarang".</i><br /> <div style="text-align: justify;"><b>Tokoh Bidang Fiqh </b></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Al Imam Al Allamah Ibnu Asakir mengatakan dalam Tabyin Kadzib Muftaro hal.410; </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><i>"Kebanyakan ulama' diseluruh belahan dunia menganut faham Ash'ary dan imam di kota-kota. Dan para pakar Fiqh dari madzhab Hanafi, Maliki, Syafi'i menganut faham ini, serta ridlu dengan keluhuran perjalanannya dalam penyebaran agama Allah S.W.T juga memuji dengan banyaknya ilmu beliau".</i></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Dari ini bisa kita simpulkan mayoritas ulama Fiqh berfaham Ash'ary dan Maturidi.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Tokoh Bidang Gramatika Bahasa</b></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Mari kita lihat Komentar Al Imam Abu Mudzoffar Al Isfiroyaini dalam kitab Al Farqu Bainal Firoq hal.180-240; </div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><i>"Sebagian besar pakar Bahasa dan Gramatika dari kota Bashroh dan Kufah pada era Islam mereka menganut faham ahlussunnah wal jama'ah Begitu juga ahli Hadits dan logika.  </i></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><i>Begitu pula tidak ada satupun para ulama Gramatika kecuali mereka tidak setuju dengan Ahli Bid'ah dan jauh dari kesesatan mereka seperti imam Kholil, Yunus bin habib, Syibawaih, Akhfash, Zujaj, Mubarrid, Abi Hatim, Asmu'i, Azhati, Al Farobi, Ibnu Faris, Al Farobi, Abi Amr syaibani, Abi Zaid, Abi Ubaidah, Abi Ubaid, Qosib Bin Salam.</i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /> </i></div><div style="text-align: justify;"><i>Semua dari mereka memiliki keterkaitan dengan Ahlussunnah Wal Jamaah dan mereka memiliki kontribusi dalam menolak ahali Bid'ah dan tak ada satupun yang terjerumus dalam kebid'ahan. dan siapapun yang menganut Kebidahan tidak boleh menjadi patokan dalam periwayatan ushul lughoh dan pemindahan gramatika.begitu juga tidak dalam pentakwilan hadits dan periwayatan dan penafsiran Ayat Al Quran".</i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /> </i></div><div style="text-align: justify;"><b>Tokoh Bidang Sejarah </b></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Al Imam Abu Mudzoffar menjelaskan dalam Al Farqu Bainal Firoq;</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><i>"Ilmu peperangan Nabi, Sejarah, pemilahan antara yang sesat dan yang lurus bukanlah spesifikasi yang dimiliki Ahli Bid'ah, siapapun yang menjadi acuan dari ilmu ini maka dia tidak diragukan bagian dari Ahlussunnah Wal Jamaah". </i></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;"><b>Berikut diantara nama-nama Ulama' Ahli Sejarah </b></div><div style="text-align: justify;"></div><ol style="text-align: justify;"><li style="text-align: justify;">Al Muarrikh Al Alim Al Imam Baihaqi (pengarang Dalailun Nubuwwah)</li> <li style="text-align: justify;">Al Muarrikh Al Alim Al Imam Asbihani (juga pengarang Dalail Nubuwwah)</li> <li style="text-align: justify;">Al Muarrikh Al Alim Al Imam Qodli Iyadh (As Syifa Wa Ahwalul Musthofa)</li> <li style="text-align: justify;">Al Muarrikh Al Alim Al Imam Ibnu Jauzi (Al Wafa Biahwalil Musthafa)</li> <li style="text-align: justify;">Al Muarrikh Al Alim Al Imam Halaby (Siroh Halabiyah, Insan 'Uyun)</li> <li style="text-align: justify;">Al Muarrikh Al Alim Al Imam Suhaili (Raudlotul Anfi)</li> <li style="text-align: justify;">Al Muarrikh Al Alim Al Imam Qostolani (Mawahibul Ladunniyah)</li> <li style="text-align: justify;">Al Muarrikh Al Alim Al Imam Shofdi (Al Wafi Fi Al Wafiyat).</li> </ol><br /> <div style="text-align: justify;">Oleh : Aniq Muthi'ah S.Pdi</div><div style="text-align: justify;">Alumni Sekolah Tinggi Agama Islam Tribakti Kediri.</div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div style="text-align: justify;">Tarim, 27 Agustus 2015 </div>

Faham Ash'ary Dan Maturidi Sebagai Faham Yang Dianut Oleh Para Pakar Islam

Faham Ash'ary dan Maturidi merupakan faham yang dianut oleh mayoritas ummat Islam di dunia. Faham Ashary dan Maturidi sudah teruji keben...

Read more »