Sehubungan dengan Maulid Nabi (s), apa dan bagaimana Rasulullah (s) mengajarkan kita mengenai cinta, dan bagaimana kita mengikuti ajarannya dalam konteks cinta menurut ajaran Sufi?
Jawaban oleh Mawlana Syekh Hisyam Kabbani (q):
Jika kita mencintai Nabi (s), kita akan memberinya posisi tertinggi yang dapat kita berikan. Jadi bagaimana menurut Anda dengan Allah (swt), Yang menciptakan Muhammad (s)? Di dalam setiap makhluk pasti ada cahaya Muhammad (s), kalau tidak, makhluk tersebut tidak akan muncul. Mereka yang mencintai Sayyidina Muhammad (s) akan bersama beliau (s)! Wahai para pencinta Nabi (s)! Hal termanis yang dapat Anda bicarakan adalah tentang cinta; tidak ada yang lain kecuali cinta. Seluruh dunia adalah berdasarkan cinta: Sayyidina Adam (a) mempunyai cinta terhadap Ummina Hawa (a) dan Hawa (a) mempunyai cinta terhadap Adam (a).
Musuh cinta adalah Iblis, karena ia ingin agar segala sesuatu menjadi buruk bagi Nabi (s) dan bagi Sayyidina Adam (a). Ia ingin agar menjadi yang paling diterima dalam pandangan Allah (swt)! Itulah sebabnya ia tidak mau melakukan sujud terhadap Sayyidina Adam (a). Para malaikat bersujud kepada Adam (a) karena mereka mematuhi Allah (swt) dan mereka dapat melihat cahaya Muhammad (s) pada kening Sayyidina Adam (a).
Kita berada di bulan Maulid, dan mereka yang mengerti bahasa Arab dapat memahami betapa para awliya memuji Nabi (s) di dalam qasidah-qasidah mereka.
Cinta merupakan kunci bagi keimanan kita, dan Maulid an-Nabi (s) merupakan kunci untuk meningkatkan kecintaan kita terhadap Sayyidina Muhammad (s).
Cinta adalah untuk selalu memikirkan sang kekasih. Merayakan Maulid, merupakan sebuah jalan untuk lebih dekat terhadap Nabi kita (s) karena kita mengaitkan peristiwa kelahirannya, kemudian mengaitkan bagaimana beliau dibesarkan dan bagaimana beliau menjadi seorang manusia yang sempurna di masa jahiliyah. Kemudian kita mengingat bagaimana Allah (swt) mengutusnya kepada umatnya dan bagaimana beliau menghadapi perjuangan yang berat untuk membawa risalah Qur'an yang suci; risalah Keesaan Ilahi dan risalah tentang martabat manusia.
Nabi (s) bersabda kepada seorang Badui yang memanggilnya dari pintu masjid ketika beliau sedang menyampaikan khotbah Jumat dan bertanya, "Kapankah Hari Kiamat itu?" dan Nabi (s) bertanya kepadanya, apa yang telah ia siapkan untuk hari itu? Dan orang Badui itu menjawab, "Aku tidak mempersiapkan banyak ibadah, salat, dan puasa. Tetapi aku mencintaimu dan aku mencintai Tuhanmu." Nabi (s) menjawabnya, "Engkau akan bersama dengan orang yang kau cintai." Jawaban itu bagaikan Eid bagi para Sahabat, karena hingga saat itu mereka bergantung pada perbuatan baik dan ibadah dalam mengharapkan kebersamaan bersama Nabi (s) di Surga. Ketika Nabi (s) bersabda, "Engkau akan dibangkitkan bersama orang yang kau cintai," mereka merayakannya seperti hari ketika mereka baru masuk Islam.
Post a Comment Blogger Facebook