Aswaja Magazine

0
Sudah menjadi rutinitas masyarakat "Pecinta Maulid" setiap tahunnya bahwa pada tanggal 12 Rabi'ul Awal mengadakan acara besar-besaran dengan berkumpulnya masyarakat per Desa yang biasanya berlangsung di salah satu masjid desa atau masjid yang menjadi pokok berkumpulnya masyarakat.

Tradisi merayakan hari lahirnya junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang biasa dikenal dengan "Maulidan" ini sudah ada dari abad ke 1 H. Akan tetapi, di masa itu perayaan Maulid dilaksanakan secara tersembunyi oleh para Ulama' zaman itu, dan tidak di laksanakan secara terang-terangan mengingat Rajanya di masa itu tidak termasuk golongan "Pecinta Maulid" atau tidak memberi izin untuk merayakannya.

Pertama kali yang merayakan Maulid secara terang-terangan dari kalangan raja yaitu raja Muzhoffar Abu Said. Ketika waktu Maulid tiba, beliau membuat acara besar-besaran dengan menyembelih 5.000 kambing, 10.000 ayam, 30.000 nampan berisikan halawa (semacam manisan) dll untuk acara itu. Hadir pula di acara itu para Ulama', Sufiyah dan berbagai element masyarakat. Dia juga sanggup memberikan dana 300 ribu dinar bagi daerah yang ingin mengadakan Maulid. Mulai pada waktu itulah kejayaan para Pencinta Maulid.

Di zaman sekarang banyak pula perayaan maulid di berbagai Negara Islam yang berhalauan Pecinta Maulid dengan beragam acara. Di Jawa sendiri misalnya, acaranya beragam pula perayaan Maulid di berbagai daerah. Ada yang merayakan sebulan Rabi'ul Awal penuh. Ada pula dari yang merayakan dari tanggal 1 sampai tanggal 12 Rabi'ul Awal. Dan yang paling semarak di semua daerah yaitu mengadakan di tanggal 12 Rabi'ul awal. Acaranya pun berfariasi, ada yang dirayakan dengan acara pengajian, membaca maulidan di musholla-musholla, akan tetapi yang lebih identik dirayakan dengan membaca Maulid dengan diisi sambutan-sambutan.

Kalau kita tilik secara jernih, acara Maulid adalah acara yang sama dengan kita menghadiri perayaan Ulang Tahun teman kita. Karena diacara itu, teman kita bersyukur, bangga, senang atas bertambahnya umur, begitu pula dia senang diberi kenikmatan berupa kesehatan jasmani dan rahani. Tidak lupa di acara itu, dia mengundang teman-temannya, kerabat dekatnya, dll untuk menghadiri dan ikut bersenang-senang di acaranya. Dia juga mengeluarkan atau menyipakan hidangan spesial di hari itu. Begitu juga dengan Maulid, kita merayakan hari lahirnya Nabi kita. Karena dengan diciptakannya Nabi kita itu, semua alam semesta ini juga diciptakan. Kita bersyukur, bangga, senang menjadi golongan dari umat Nabi Muhammad SAW, Nabi yang menjadi akhir para Nabi, Nabi yang diberi kedudukan khusus diantara lainnya, yang memberi Syafa'at besar di hari akhir nanti atas izin-Nya, Nabi yang membawa perdamaian, yang sempurna segalanya.

Untuk membuktikan rasa syukur, senang dan cinta kita inilah, kita menyiapkan hidangan spesial (ala kadarnya) disertai dengan berkumpul, berbondong-bondong demi terciptanya acara perayaan hari lahir Nabi kita Muhammad Saw. Tak lupa juga kita membaca sejarahnya, menjunjung dan memuji atas kesempurnaan sifatnya, agar kita bisa mengetahui sejarahnya sehingga kita bisa lebih dalam mencintainya, meniru akhlak mulianya, menerapkan prilakunya dalam rutinitas keseharian kita.

Dengan cinta kepada Nabi inilah, kita percaya akan mendapatkan syafaat beliau, dan bisa hidup bahagia dunia dan akhirat. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa paman beliau Nabi SAW yang benama Abbas ra. pernah bermimpi bertemu Abu Lahab setelah matinya, dia bertanya kepada Abu Lahab: "Bagaimana keadaanmu di sana?" Tanya Abbas ra. Abu Lahab menjawab : "Saya di Neraka, akan tetapi setiap hari Senin saya mendapatkan dispensasi bisa meneguk air dari kedua jari- jemariku ini (sambil menunjukan kedua jarinya) hal itu karena dahulu saya memerdekakan budak saya benama Tsuwaibah ketika ia memberitahukan kabar gembira kepada saya atas lahirnya Nabi dan dia juga kuperintahkan untuk menyusuinya". Coba kita renungkan peristiwa Abu Lahab itu, dia yang sangat membenci beliau Nabi ketika hidupnya, selalu memboikot dakwah beliau Nabi, sangat memusuhi beliau Nabi, ingin membunuh beliau Nabi bersama istrinya, mati dalam keadaan tidak beriman, yang sudah ada nash masuk Neraka dalam Qur'an pada surah Al-Masad, masih saja mendapatkan dispensasi dari pedihnya siksa Neraka karena senang atas kelahiran keponakannya Muhammad Saw. Bagaimana dengan kita yang menjadi umatnya, yang mencintainya, mengikutinya, mengagungkannya dan mati dalam keadaan iman, Islam dan cinta kepadanya. Dengan hati yang mantap, kita akan bahagia mendapatkan syafaatnya di Dunia dan Akhirat.

Tidak lupa juga dengan kecintaan kepada Nabi kita, kita mengharapkan semoga tetap menjadi golongannya dan bersamanya di hari akhir nanti, karena Rasulullah Saw. Pernah bersabda: "Kamu, akan bersama orang yang kamu cintai". Dan kita semua telah yakin bahwa kita mencintai beliau Nabi Muhammad Saw.

Mari kita ramaikan bulan lahir dan wafat idola kita Muhammad Saw. Mari kita hidupkan bulan ini dengan melantunkan shalawat kepada idola kita. Mari kita hidupkan syi'ar kita Ahlus Sunah wal Jama'ah dengan menghadiri majlis-majlis maulid, meramaikan musholla-musholla dan tempat-tempat maulid lainnya. Wallahu A'lam.


Oleh: Moeslich El Malibary
Mahasiswa Hadramaut Yaman

https://www.google.com/contributor/welcome/?utm_source=publisher&utm_medium=banner&utm_campaign=ca-pub-2925047938169927
Visit Dukung Aswaja Magazine dengan menjadi Kontributor

Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Mubina Tour Indonesia | Follow FB Fanspages Mubina Tour Indonesia - Sub.

Post a Comment Blogger

 
Top