Aswaja Magazine

0
Sebuah Momen Pembenahan Di Penghujung Ramadhan

Teramat sering kita merasa bangga karena Agama yang kita anut adalah sebaik-baik Agama sekaligus Penyempurna bagi Agama-Agama yang telah berlalu. Betapa banyak Ayat Al-Qur'an yang menjelaskan Keagungan Agama Islam dan Keutamaan Ummat Nabi Muhammad SAW yang bahkan disebutkan dalam satu riwayat ketika Nabi Musa a.s. membaca dalam Suhufnya dan menemukan sekelompok Ummat yang disifati dengan banyak kemuliaan bahkan sebagian dari mereka masuk surga tanpa Hisab, hingga Nabi Musa a.s meminta kepada Allah agar Ummat tersebut dijadikan sebagai pengikutnya. Namun sayangnya Do'a tersebut bukannya dikabulkan justru Allah menjawab bahwasannya Ummat tersebut adalah Ummatnya Ahmad, yakni Nabi Muhammad SAW. Hingga dipenghujung Munajatnya Nabi Musa a.s berdo'a agar dirinya dijadikan sebagai Ummat Nabi Muhammad SAW.

Oh... Betapa mulianya Ummat Islam ini, bahkan Rasulullah SAW berharap setengah dari penghuni Surga adalah Ummat Nabi Muhammad SAW. Lebih jauh dari itu, Ummat Islam diberi banyak keistimewaan oleh Allah SWT sebagai Ummat Pilihan, di antara keutamaan tersebut adalah satu kebaikan yang dilakukan diganjar dengan 10 kebaikan bahkan sampai 700 kali lipat sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadits. Sedangkan jika baru berazam/berniat melakukan suatu kebaikan akan tetapi belum sempat melakukannya maka akan diganjar dengan satu kebaikan. Sedangkan ketika melakukan kemaksiatan maka tetap akan ditulis satu keburukan. Bahkan setiap tahunnya di Bulan Ramadhan ada satu malam yang jika kita beribadah di dalamnya akan setara dengan Ibadah selama seribu bulan atau 83 tahun, di sisi lain tiap Ibadah Sunnah dicatat sebagai Ibadah Wajib dan Ibadah Wajib dicatat dengan pahala 70 kali lipatnya sepanjang Bulan Ramadhan. Oh... Betapa mulianya Ummat Nabi Muhammad SAW.

Sungguh sejatinya Nikmat besar ini yakni kita dijadikan sebagai Ummat Islam adalah Nikmat yang sepatutnya kita syukuri. Namun, sayangnya sebagai seorang hamba kita sering lalai akan Nikmat ini, bahkan lebih jauh dari itu betapa seringnya kita lupa posisi kita sebagai hamba yang dalam artian terikat dengan berbagai aturan Syariat.

Bahkan tak jarang kita hanya bisa mengeluh dan sekedar mengeluh kepada Sang Tuhan. Kita sering mengeluh akan tidak dikabulkannya do'a yang terlampau sering kita panjatkan, kita mengeluh karena rejeki yang tiap harinya kita makan terasa kurang. Kita selalu meminta lebih kepada Allah tentang uang, pekerjaan, rumah, cita-cita, pasangan dan lain sebagainya. Dan kita sering mengeluh akan cobaan yang Allah timpakan kepada kita.

Hanya saja kita tak pernah merenung lebih jauh akan hal-hal yang kita tuntut kepada Tuhan, seolah-olah kita mengeluh kepada Tuhan seperti berikut ini : Ya Tuhan, aku sudah Shalat 5 waktu, Shalat Dhuha, Tahajjud dan Witir, begitu juga Zakat, Puasa dan Haji. Semuanya telah aku lakukan, tapi kenapa kehidupanku masih serba kekurangan dan kesusahan. Ribuan do'a aku panjatkan, akan tetapi entah mana yang Engkau kabulkan. Aku mempunyai sejuta harapan, tapi entah yang mana Engkau wujudkan.

Bahkan, terkadang kita sering merasa iri terhadap apa yang Allah berikan kepada orang lain sedangkan Ibadahnya yah begitu-begitu saja tapi kenapa saya malah serba kesusahan terus.

Kita senantiasa mengeluh dan mengeluh tanpa pernah lebih mendalam merenungi Hakikat kita sebagai Hamba dan apa saja yang telah kita lakukan selama menghambakan diri kepada Tuhan.

Pernahkah kita merenung lebih dalam, berpikir lebih jauh, intropeksi dan mawas diri, sudahkah kita benar dalam beribadah, sudah kita Khusyu' saat beribadah dan sudahkah kita Ikhlas ketika menyembahNya? 

Pamrih kepada selain Allah dalam hal Ibadah adalah hal yang paling Allah benci, kenapa? Karena seolah-olah ketika kita beribadah bukan Allah yang kita harapkan tapi orang lain, entah itu sanjungan, pujian dan lain sebagainya. Sehingga seolah-olah kita memposisikan Mahluk yang kita harapkan entah itu pujiannya atau hartanya atau kebaikannya setara dengan Tuhan. Semoga kita dijadikan orang-orang yang Ikhlas.

Di sisi lain, di luar lingkup penghambaan kepada Tuhan, Islam mewajibkan banyak perintah seperti memenuhi hak-hak sesama manusia baik itu hak suami istri, hak anak dan orang tua, hak pemimpin dan rakyat, hak atasan dan bawahan. Sudahkah kita tunaikan kewajiban kita dengan memenuhi hak-hak mereka? 

Jika dalam beribadah kita tidak tulus, tidak pula Khusyu', tidak pula memenuhi hak-hak sesama Muslim, lalu pantaskah kita untuk masih mengeluh dan menuntut hak kita kepada Allah?. Sungguh sangat malu sekali jika perintahNya saja sering kita lalaikan, atau kita tunaikan akan tetapi masih separuh hati kita melakukannya.

Pernahkah kita sadari betapa Maha Pengasih dan Penyayangnya Allah kepada kita. Tanpa kita minta Allah telah memberi kita kehidupan, tanpa kita minta Allah telah memberi kita Nikmat penglihatan, pendengran, pengecap, pencium dan peraba serta telah memberi kita Nikmat Akal untuk bisa berpikir, menimbang dan merencanakan. Terkhususnya lagi Allah telah memberikan Nikmat terbesar dalam hidup kita yaitu Iman dan Islam. Di sisi lain Nikmat Sehat, Nikmat bisa berkumpul dengan orang Sholeh, Nikmat di Negri yang Aman dan masih banyak lagi Nikmat yang tidak bisa kita hitung yang telah Allah anugerahkan kepada kita.

Kadang, Allah memberi ujian kepada kita semata-mata karena ingin mengampuni dosa kita dan mengangkat derajat kita, tak lain karena kita yang jarang bertaubat dan kufur terhadap Nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Yah, setidaknya cobaan adalah teguran halus dari Allah agar kita makin mawas diri dan introspeksi.

Kadang, terhalangnya suatu pengkabulan Do'a itu karena dosa yang kita lakukan sehingga do'a tersebut Allah tunda pengkabulannya. Kadang pula Allah menunda pengkabulan Do'a karena ada hal yang lebih kita butuhkan seperti kesehatan dan keselamatan yang sering lalai kita memintanya, atau karena Allah ingin mengganti pengkabulan Do'a tersebut dengan pahala yang besar kelak di Surga.

Mari di Penghujung Ramadhan ini kita manfaatkan sebagai masa perenungan untuk masa depan kita kelak di Akherat. Kita manfaatkan momen Ramadhan untuk lebih dekat kepada Allah, kepada keluarga, sanak-kerabat dan teman-teman kita. Semoga setelah keluar dari Ramadhan ini kita benar-benar menjadi golongan Minal 'Aidin Wal Faizin, yaitu orang yang kembali pada Hidayahnya Allah dan menjadi orang yang beruntung, Aamiin.


Oleh : Imam Abdullah El-Rashied
Mahasiswa Fakultas Ilmu Syariah di Imam Shafie College, Hadramaut - Yaman.

https://www.google.com/contributor/welcome/?utm_source=publisher&utm_medium=banner&utm_campaign=ca-pub-2925047938169927
Visit Dukung Aswaja Magazine dengan menjadi Kontributor

Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Mubina Tour Indonesia | Follow FB Fanspages Mubina Tour Indonesia - Sub.

Post a Comment Blogger

 
Top